Kasus peretas yang dilakukan oleh para peretas terhadap City Union Bank diIndia pada 6 februari lalu,rupanya bukan kasus pertama pembobolan bank melalui platform SWIFT,yang terjadi dalam dua tahun terakhir.Rentetan kasus ini,memperlihatkan lemahnya platform tersebut.
SWIFT atau Society for Worldwide Interbank
Telecommunication adalah sebuah sistem notifikasi pesan keuangan global, yang
mana ribuan bank dan lembaga keuangan di penjuru dunia melakukan aktifitas
transfer miliar dollar setiap hari.
Pada Februari 2016, dunia perbankan
dikejutkan dengan aksi pembobolan oleh para peretas yang berhasil mencuri uang
sekitar US$.81 juta atau setara Rp 1 triliun dari Bank Sentral Bangladesh. Para
peretas menggunakan malware yang memungkinkan mereka membajak software SWIFT
bank tersebut untuk mentransfer uang serta menyembunyikan jejak.
Menurut konsultan teknologi, BEA System
Applied Intelligence, telah ditemukan malware yang dikembangkan oleh seorang
individu di Bangladesh, yang mengandung fungsi sangat canggih untuk
berinteraksi dengan software SWIFT yang dijalankan oleh bank yang menjadi
korban. Sudah dua tahun peristiwa perampokan ini terjadi, namun sampai sekarang
belum terpecahkan.
Pada Oktober 2017, dunia perbankan kembali
dikejutkan dengan pembobolan di Far Eastern International Bank di Taiwan.
Sebanyak US$.60 juta digondol para peretas.
Dikutip dari situs thehackernews.com, para
peretas tak bertanggung jawab itu menanam malware pada beberapa server bank dan
melalui sistem SWIFT bank yang dibobol tersebut. Sedangkan Far Eastern
International Bank dalam keterangannya mengakui beberapa hacker yang
identitasnya belum diketahui, berusaha mengunduh malware pada komputer dan
server bank. Yang paling krusial, para peretas meretas terminal SWIFT, yang digunakan
bank. Mereka lalu mentrasfer uang hampir US$.60 juta ke beberapa rekening di
Amerika Serikat, Kamboja dan Sri Langka.
Beruntung, pemberitaan Central News Agency
melaporkan, sebagian besar uang milik bank yang dicuri berhasil ditarik dan
tersisa sekitar US$.500.000, yang belum bisa diselamatkan bank. Dua pelaku
peretasan pun telah ditahan.
Bank Sentral Rusia pun rupanya pernah
kebobolan lewat jaringan pembayaran SWIFT, dengan kehilangan sekitar US$.6
juta. Pengakuan ini baru disampaikan pada Jumat 16 Februari 2018 lalu, padahal
kejadiannya terjadi pada 2017.
Dalam keterangannya, Bank Sentral Rusia
menjelaskan para peretas mengambil alih sebuah komputer di Bank Sentral
dan menggunakan fasilitas transfer untuk memindahkan jutaan roubles pada
rekening peretas.
0 komentar:
Posting Komentar